Penerimaan Pajak Capai Rp 393,91 Triliun per Maret, Masih Jauh dari Target 2024

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, penerimaan pajak mencapai Rp393,91 triliun hingga Maret 2024. Realisasi ini baru mencapai 19,81 persen dari keseluruhan sasaran 2024.

"Untuk pajak totalnya Rp339,91 triliun sampai Maret 2024," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konvensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (26/4).

Sri Mulyani merinci penerimaan pajak disumbang oleh PPh non migas sebesar Rp220,42 triliun alias tumbuh 0,10 persen secara tahunan (year on year/yoy). Realisasi ini setara 20,73 persen dari target.

Di susul, PPN dan PPnBM mencapai Rp155,79 triliun alias tumbuh 2,57 persen secara tahunan. Realisasi ini setara 19,20 persen dari target.

Meski demikian, keahlian PPh Migas mengalami penurunan cukup dalam hingga 18,06 persen. Per Maret 2024, realisasi PPh Migas mencapai Rp14,53 triliun alias 19,02 persen dari target.

"Kita lihat turunnya PPh Migas ini lantaran dipengaruhi kenaikan nilai minyak bumi dan pelemahan Rupiah," ujar  Sri Mulyani.

Terakhir, keahlian PBB dan Pajak lainnya menyumbangkan Rp3,17 triliun alias tumbuh 11,05 persen secara tahunan. Realisasi ini setara 8,93 persen dari target.

Pendapatan Negara Turun, Surplus APBN Indonesia Masih Lanjut?

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) surplus sebesar Rp8,1 triliun per Maret 2024. Posisi surplus APBN ini setara 0,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kita tetap surplus Rp8,1 triliun alias 0,04 persen dari GDP," kata Sri Mulyani dalam konvensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (26/4).

Sri Mulyani menjelaskan, surplus APBN ini ditopang oleh penerimaan negara nan tetap lebih tinggi dibandingkan shopping negara. Dia mencatat, pendapatan negara mencapai Rp 620,01 triliun alias 22,1 persen dari target. 

Meski demikian, pendapatan negara tersebut mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen persen secara tahunan (year on year/yoy)

"Diketahui bahwa tahun 2022-2023 mobilitas dari penerimaan negara itu sangat tinggi. Kita kudu hati-hati," ujar Ani sapaan akrabnya.

Kemudian, dari sisi shopping mencapai Rp611,9 triliun alias sudah dibelanjakan sekitar 18,4 persen dari pagu APBN. Kinerja shopping negara ini membukukan pertumbuhan sebesar 18 persen secara tahunan.

"Ini berfaedah memang ada belanja-belanja nan cukup pro-growth, seperti penyelenggaraan pemilu," bebernya.

Dengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun. Diketahui, keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi pengeluaran (belanja) negara, di luar pembayaran kembang utang. "Jadi, dari sisi keseimbangan primer mencatatkan Rp122,1 triliun," tutup Sri Mulyani.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Sumber Bisnis LP6
Bisnis LP6