Pendapatan Negara Turun, Surplus APBN Indonesia Masih Lanjut?

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) surplus sebesar Rp8,1 triliun per Maret 2024. Posisi surplus APBN ini setara 0,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kita tetap surplus Rp8,1 triliun alias 0,04 persen dari GDP," kata Sri Mulyani dalam konvensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (26/4).

Sri Mulyani menjelaskan, surplus APBN ini ditopang oleh penerimaan negara nan tetap lebih tinggi dibandingkan shopping negara. Dia mencatat, pendapatan negara mencapai Rp 620,01 triliun alias 22,1 persen dari target. 

Meski demikian, pendapatan negara tersebut mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen persen secara tahunan (year on year/yoy)

"Diketahui bahwa tahun 2022-2023 mobilitas dari penerimaan negara itu sangat tinggi. Kita kudu hati-hati," ujar Ani sapaan akrabnya.

Kemudian, dari sisi shopping mencapai Rp611,9 triliun alias sudah dibelanjakan sekitar 18,4 persen dari pagu APBN. Kinerja shopping negara ini membukukan pertumbuhan sebesar 18 persen secara tahunan.

"Ini berfaedah memang ada belanja-belanja nan cukup pro-growth, seperti penyelenggaraan pemilu," bebernya.

Dengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun. Diketahui, keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi pengeluaran (belanja) negara, di luar pembayaran kembang utang. "Jadi, dari sisi keseimbangan primer mencatatkan Rp122,1 triliun," tutup Sri Mulyani.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Tak Selamanya Pelemahan Rupiah Rugikan Indonesia, Sri Mulyani Kasih Bukti

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka bunyi mengenai tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip info Bloomberg, nilai tukar Rupiah mencapai 16.260 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (19/4/2024) kemarin.

Sri Mulyani menyebut, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan memberikan untung terhadap keahlian ekspor Indonesia. Yakni, meningkatnya penerimaan dari sisi eskpor akibat penguatan mata duit dolar AS.

"Di sisi ekspor, penerimaan bakal jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar nan menguat," tulis Sri Mulyani dalam akun Instagramnya @smindrawati, dikutip Minggu (21/4/2024).Meski begitu, Sri Mulyani mengakui pelemahan nilai tukar Rupiah juga merugikan ekonomi. Yakni, tertekannya keahlian impor akibat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS hingga peningkatan inflasi.

"Namun, di sisi impor, konversi nilai dolar terhadap rupiah bakal lebih tinggi dan bisa berakibat pada inflasi di Indonesia," bebernya 

Pemerintah Tetap Waspada

Sri Mulyani menekankan, pemerintah terus mewaspadai akibat tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap ekonomi Indonesia. Dia menilai, ekonomi Indonesia mempunyai ketahanan nan baik dalam mengantisipasi tekanan mata duit dolar AS.

"Stabilitas ekonomi makro bakal senantiasa dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Koordinasi dengan Bank Indonesia terus dilakukan untuk beradaptasi dengan tekanan nan ada. Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berkedudukan menjadi shock absorber nan efektif dan kredibel," ucapnya.

Oleh lantaran itu, Sri Mulyani meyakini ekonomi Indonesia tetap tetap tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun ini. Optimisme ini didukung oleh sisi ekspor nan kuat dan neraca perdagangan nan terus melanjutkan tren surplus.

"Saya sampaikan bahwa Indonesia tetap optimis dan confident mempunyai resiliensi ekonomi yang bagus, seperti saat melewati krisis pandemi lalu. Di tengah kondisi suku kembang dan inflasi dunia nan tinggi seperti saat ini, saya percaya ekonomi Indonesia bakal tetap terjaga sesuai target," pungkasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber Bisnis LP6
Bisnis LP6