Harga Minyak Dunia Bisa Tembus USD 100 per Barel, Ini Ramalan Bank Dunia

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia mengingatkan bahwa ketegangan dan eskalasi konflik di Timur Tengah dapat memicu guncangan energi sehingga harga minyak dunia melampaui USD 100 per barel.

Risiko ini dapat memicu inflasi dan mengakibatkan kenaikan suku kembang dalam jangka waktu lebih lama.

"Dunia berada pada momen nan rentan: guncangan daya nan besar dapat menghalang kemajuan dalam penurunan inflasi selama dua tahun terakhir," kata Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill, dikutip dari CNBC International, Jumat (26/4/2024).

Seperti diketahui, ketegangan di Timur Tengah meluas awal bulan ini ketika Israel dan personil OPEC Iran melancarkan serangan ke wilayah masing-masing, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasokan minyak mentah dapat terganggu.

Pemerintah di Yerusalem dan Teheran tampaknya telah memutuskan untuk tidak melakukan eskalasi.

Harga minyak bumi telah turun nyaris 4% dari level tertinggi baru-baru ini lantaran penanammodal mengabaikan kemungkinan perang nan lebih luas di wilayah tersebut. Namun Bank Dunia memperingatkan bahwa situasinya tetap belum pasti.

Harga minyak bisa mencapai rata-rata $102 per barel jika bentrok nan melibatkan satu alias lebih produsen minyak di Timur Tengah mengakibatkan gangguan pasokan sebesar 3 juta barel per hari, menurut

Laporan prospek pasar komoditas terbaru Bank Dunia menunjukkan, harga minyak dunia diprediksi mencapai rata-rata USD 102 per barel jika bentrok nan melibatkan satu alias lebih produsen minyak di Timur Tengah mengakibatkan gangguan pasokan sebesar 3 juta barel per hari. Guncangan tersebut berisiko menghalang upaya meredam inflasi.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Inflasi Global Belum Mereda

Inflasi dunia telah menurun sebesar 2% antara tahun 2022 dan 2023 sebagian besar disebabkan oleh anjloknya nilai komoditas nyaris 40%, menurut Bank Dunia.

Harga komoditas sekarang berada pada level stabil dan lembaga finansial dunia itu memperkirakan penurunan sebesar 3% pada tahun ini dan 4% pada tahun 2025.

"Inflasi dunia tetap belum terkalahkan," kata Gill.

"Kekuatan utama disinflasi, ialah penurunan nilai komoditas pada dasarnya telah menemui jalan buntu. Itu berfaedah suku kembang bisa tetap lebih tinggi dari perkiraan saat ini dan tahun depan," bebernya.

Meskipun bentrok di Timur Tengah menimbulkan akibat kenaikan inflasi, Bank Dunia meyakini, bumi bakal mendapat support jika OPEC+ memutuskan untuk mulai mengurangi pengurangan produksinya tahun ini.

Harga minyak diprediksi bakal turun hingga rata-rata USD 81 per barel jika kartel mengembalikan 1 juta barel per hari ke pasar pada paruh kedua tahun ini, menurut Bank Dunia.

Harga Minyak Dunia Kembali Naik lantaran Potensi AS Bakal Resesi Berkurang

Harga minyak mentah berjangka kembali naik pada perdagangan Kamis lantaran pelaku pasar lebih mempertimbangkan mengenai pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) nan mengecewakan dibanding dengan potensi akibat geopolitik.

Survei nan dilakukan ahli ekonomi Dow Jones menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS jauh lebih lemah dari perkiraan pada kuartal I, ialah sebesar 1,6% secara tahunan dibandingkan dengan 2,4% nan diperkirakan sebelumnya.

Direktur Pelaksana Velandera Energy Partners Manish Raj menjelaskan, info pertumbuhan ekonomi ini melemahkan nilai minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah tetap berkabut.

Raj melanjutkan, pelaku pasar juga menutup posisi short mereka setelah volatilitas nilai nan naik turun selama dua minggu.

Di Timur Tengah, Israel melancarkan serangan udara di Rafah, sebuah kota di Palestina. Namun, ada peringatan dari sekutu bahwa operasi semacam itu bakal memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

Rincian Harga Minyak

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk perjanjian Juni dipatok USD 83,57 per barel, naik 76 sen alias 0,92%. Sampai saat ini, nilai minyak AS ini telah naik lebih dari 16%.

Harga minyak Brent nan merupakan patokan harga minyak dunia untuk perjanjian Juni dipatok USD 89,01 per barel, naik 99 sen sen alias 1,12%. Hingga saat ini, benchmark dunia ini telah bertambah lebih dari 15%.

Harga Gasoline RBOB untuk Mei dipatok USD 2,75 per galon, naik 0,87%. Sampai saat ini, nilai bensin berjangka naik sekitar 31%.

Sedangkan nilai gas alam untuk perjanjian Mei dipatok USD 1,63 per 1.000 kaki kubik, turun 0,91%. Sampai saat ini nilai gas turun sekitar 35%.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber Bisnis LP6
Bisnis LP6