Ekonomi AS Cuma Tumbuh 1,6% di Kuartal I 2024, Ini Gara-garanya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh di bawah perkiraan pada kuartal I 2024 ini. Realisasi pertumbuhan ekonomi AS ini lebih mini dibanding perkiraan pada awal tahun.

Melansir CNBC International, Jumat (26/4/2024) Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) alias pertumbuhan ekonomi negara itu tumbuh sebesar 1,6% di kuartal I 2024.

Angka tersebut lebih mini dari proyeksi oleh ekonom yang disurvei Dow Jones dengan pertumbuhan sebesar 2,4%, menyusul kenaikan 3,4% pada kuartal IV 2023 dan 4,9% pada periode sebelumnya.

Belanja konsumen AS juga mencatat penurunan, tumbuh hanya 2,5% di kuartal pertama 2024, turun dari kenaikan 3,3% pada kuartal keempat dan di bawah perkiraan Wall Street sebesar 3%.

Namun, investasi tetap dan shopping pemerintah di tingkat negara bagian dan lokal membantu menjaga PDB AS tetap positif pada kuartal pertama, sementara penurunan investasi inventaris swasta dan peningkatan impor mengurangi kinerja.

Sementara inflasi, indeks harga konsumsi pribadi, nan merupakan variabel inflasi utama bagi Federal Reserve, tumbun sebesar 3,4% secara tahunan pada kuartal I, menandai kenaikan terbesar dalam satu tahun dan naik dari 1,8% pada kuartal keempat 2023.

Tidak termasuk pangan dan energi, PCE inti AS tumbuh 3,7%, keduanya jauh di atas sasaran The Fed sebesar 2%. 

"Ini adalah laporan terburuk dari kedua dunia, pertumbuhan lebih lambat dari perkiraan, inflasi lebih tinggi dari perkiraan," kata David Donabedian, kepala investasi CIBC Private Wealth AS.

"Kami tidak jauh dari semua penurunan suku kembang tidak sesuai dengan ekspektasi investor. Hal ini memaksa (Ketua The Fed Jerome) Powell memberikan nada hawkish untuk pertemuan [(Komite Pasar Terbuka Federal) minggu depan," ungkapnya.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Ekonomi AS Diramal Lanjutkan Pelemahan di 2024

Data ekonomi AS dirilis ketika pasar sedang resah mengenai kebijakan moneter dan kapan Federal Reserve bakal mulai memangkas suku kembang acuannya.

Suku kembang biaya federal (federal fund rate), nan menetapkan tarif nan dibebankan bank satu sama lain untuk pinjaman semalam, berada dalam kisaran nan ditargetkan antara 5,25% hingga 5,5%, tertinggi dalam 23 tahun meskipun bank sentral AS belum meningkatkan suku kembang sejak Juli 2023.

Investor sekarang kudu menyesuaikan pandangan mereka mengenai kapan The Fed bakal mulai melakukan pelonggaran kebijakan lantaran inflasi AS tetap tinggi. 

"Perekonomian kemungkinan bakal semakin melambat pada kuartal-kuartal berikutnya lantaran konsumen kemungkinan besar sudah mendekati akhir pengeluaran shopping mereka" kata Jeffrey Roach, kepala ahli ekonomi di LPL Financial.

"Tingkat tabungan turun lantaran inflasi nan tinggi memberikan tekanan nan lebih besar pada konsumen. Kita memperkirakan inflasi bakal mereda sepanjang tahun ini lantaran permintaan agregat melambat, meskipun jalan menuju sasaran The Fed sebesar 2% tetap terlihat tetap jauh," paparnya.

Ketua The Fed Jerome Powell: Inflasi AS Masih Minim untuk Pangkas Suku Bunga

Perekonomian meski kuat, Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menilai Amerika Serikat belum mencapai inflasi yang sesuai dengan sasaran bank sentral.

Melansir CNBC International, Rabu (17/4/2024) meskipun inflasi terus menurun, Powell mengatakan inflasi belum bergerak cukup cepat, dan kebijakan nan ada saat ini semestinya tetap utuh.

"Data nan lebih baru menunjukkan pertumbuhan nan solid dan kekuatan nan berkepanjangan di pasar tenaga kerja, namun juga kurangnya kemajuan lebih lanjut sepanjang tahun ini lantaran sasaran inflasi 2%," kata Powell dalam forum kebijakan hubungan ekonomi AS-Kanada.

Senada dengan pernyataan pejabat bank sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar bakal tetap bertindak sampai inflasi mendekati sasaran 2%.

Sejak Juli 2023, The Fed mempertahankan suku kembang acuannya pada kisaran sasaran antara 5,25%-5,5%, tertinggi dalam 23 tahun. Hal ini merupakan hasil dari 11 kenaikan suku kembang berturut-turut nan dimulai sejak Maret 2022.

"Data terbaru jelas tidak memberi kami kepercayaan nan lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan bakal menyantap waktu lebih lama dari perkiraan untuk mencapai kepercayaan tersebut," ujarnya.

"Meskipun demikian, kami pikir kebijakan berada pada posisi nan tepat untuk menangani akibat nan kita hadapi," sambung Powell.

Bos The Fed itu menambahkan bahwa sampai inflasi AS menunjukkan kemajuan lebih lanjut, maka dia dapat mempertahankan tingkat pembatasan selama diperlukan.

Komentar tersebut menyusul data inflasi AS hingga tiga bulan pertama tahun 2024 nan lebih tinggi dari perkiraan. Pembacaan indeks nilai konsumen untuk bulan Maret, nan dirilis pekan lalu, menunjukkan inflasi berada pada tingkat tahunan 3,5%, jauh dari puncaknya sekitar 9% pada pertengahan tahun 2022 tetapi melonjak lebih tinggi sejak Oktober 2023.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber Bisnis LP6
Bisnis LP6