Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi surplus neraca perdagangan Oktober 2023.
Pada Senin (20/11/2023), nilai tukar rupiah nan ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 0,57 persen alias 89 poin menjadi 15.404 per dolar AS dari sebelumnya 15.493 per dolar AS.
Pengamat pasar duit Ariston Tjendra menjelaskan, sentimen positif nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin pagi ini berasal dari surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 sebesar USD 3,48 miliar.
“Potensi penguatan ke arah 15.400 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran 15.500 per dolar AS untuk hari ini,” kata dia dikutip dari Antara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode nan sama tahun 2022 (year on year/yoy).
Inflasi AS
Di sisi lain, Ariston menganggap rupiah bakal menguat lantaran dipengaruhi aspek eksternal dari laju inflasi AS Oktober 2023 nan melambat, ialah 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen.
Adapun info klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.
“Dengan nomor inflasi nan lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi kesempatan pemangkasan suku kembang referensi AS lebih cepat. Indeks dolar AS terlihat bergerak di kisaran 103,80 pagi ini setelah pekan lampau bergerak di atas 104,"kata dia.
Di sisi lain, sebagian petinggi Bank Sentral AS nan memberikan pernyataan soal kebijakan moneter AS pekan lalu, mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa inflasi bakal turun sigap ke sasaran 2 persen, sehingga AS tetap memerlukan kebijakan suku kembang tinggi saat ini.
Hingga saat ini, tidak ada info AS nan penting. Pasar menunggu rilis notulen rapat Federal Reserve (The Fed) pada Rabu 22 November 2023 dinihari untuk mencari petunjuk soal kebijakan suku kembang tinggi The Fed ke depan.