Liputan6.com, Jakarta - Komisi Eropa dan Badan Antariksa Eropa (ESA) telah berasosiasi dalam upaya tindakan suasana dari luar angkasa. Kolaborasi ini bermaksud untuk meningkatkan pemanfaatan satelit pengamat Bumi dan info nan mereka hasilkan guna menghadapi tantangan perubahan suasana nan mendesak.
Mengutip laman resmi Komisi Eropa, Minggu (19/11/2023), langkah ini menunjukkan komitmen nan kuat dalam meningkatkan pemahaman terhadap sistem suasana Bumi dan memperkuat keahlian untuk mengambil tindakan nan tepat waktu dan terinformasi dalam mitigasi dan penyesuaian terhadap akibat perubahan iklim. Hal ini sangat relevan dengan agenda Kesepakatan Hijau Eropa.
Dalam menghadapi krisis iklim sebagai tantangan dunia terbesar, dampaknya meluas ke ekosistem, ekonomi, dan masyarakat kita. Dalam konteks ini, teknologi dan info berbasis ruang angkasa mempunyai peran kunci.
Akses terhadap info nan dapat dijalankan menjadi krusial dalam memerangi perubahan iklim, mendukung kebijakan dan inisiatif berbasis pengetahuan, serta memastikan bahwa tindakan tersebut sejalan dengan pembangunan ekonomi nan berkepanjangan dan faedah sosial.
Melalui sinergi Badan Antariksa Eropa dan Direktorat Jenderal Komisi untuk Aksi Iklim (CLIMA), skill dan sumber daya campuran digunakan untuk membawa perubahan transformatif.
Program ruang angkasa Copernicus Uni Eropa dan Akselerator Ruang Angkasa untuk Masa Depan Hijau ESA menjadi konteks krusial untuk mencapai tujuan ini.
Satelit pengamat Bumi dan info nan mereka hasilkan telah membuktikan menjadi perangkat dan solusi efektif dalam mendukung pemahaman, pemantauan, mitigasi, dan penyesuaian terhadap perubahan iklim.
Kolaborasi ini menciptakan langkah-langkah proaktif untuk menghadapi tantangan dunia ini dengan support teknologi luar angkasa.
Fokus Eropa menjadi Benua Netral Iklim Pertama
Program Copernicus Eropa, melalui info satelitnya, menyediakan info sistematis nan mendukung beragam jasa sehari-hari, termasuk Layanan Perubahan Iklim.
Layanan ini menjadi tonggak krusial dalam mendukung kebijakan penyesuaian dan mitigasi Uni Eropa dengan menyediakan info konsisten dan otoritatif tentang perubahan iklim.
Dengan konsentrasi pada Kesepakatan Hijau Eropa, tujuan utamanya adalah membantu Uni Eropa mencapai status benua netral suasana pertama di bumi pada tahun 2050.
Kumpulan info satelit multidekad dari Inisiatif Perubahan Iklim ESA mendukung Variabel Iklim Esensial untuk mendukung Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim, memberikan pandangan nan tidak memihak terhadap proses suasana dan dampaknya.
Program FutureEO ESA terlibat dalam pengembangan misi dan konsep satelit perintis, menciptakan langkah baru dan imajinatif dalam pemanfaatan pengamatan Bumi untuk mengatasi tantangan lingkungan di masa depan.
Walaupun ESA dan Uni Eropa telah aktif dalam menangani krisis iklim, mereka tetap terbuka untuk lebih banyak langkah. Melihat transisi sektor antariksa, ESA dan CLIMA memperkuat kerja sama mereka, mencari kesempatan lebih lanjut dalam solusi berbasis ruang angkasa untuk mitigasi dan penyesuaian iklim.
Upaya ini melibatkan eksplorasi solusi pemantauan, pelaporan, dan verifikasi nan lebih baik mengenai emisi gas rumah kaca, deforestasi, penemuan kebocoran metana, serta membantu mengidentifikasi letak pembangkit daya terbarukan.
Dengan langkah-langkah ini, ESA dan Uni Eropa terus bergerak maju dalam menggunakan teknologi antariksa untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.
Pentingnya Kerja Sama Menanggapi Perubahan Iklim
- Inisiatif ini juga mendukung pengembangan perangkat nan dibuat khusus, seperti Pabrik Informasi Transisi Hijau, dan memajukan Peraturan Uni Eropa tentang Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan, dan Kehutanan.
Selain itu, inisiatif ini juga bakal membantu industri dan organisasi publik dari beragam sektor untuk menilai akibat dan menerapkan strategi dekarbonisasi.
Direktur Jenderal ESA Josef Aschbacher mengatakan, "Krisis suasana sudah di depan mata, dan kita kudu bertindak sigap dan bekerja sama untuk kepentingan Eropa dan tentu saja dunia.”
Ia berambisi melalui inisiatif baru ini, semua pihak bisa mengembangkan kerja sama terstruktur nan membuka jalan untuk berbagi informasi, konsultasi timbal balik, dan rencana bersama.
"Dengan memanfaatkan saling melengkapi antara program kami masing-masing, bersama-sama kita bakal memajukan pengetahuan iklim, mendukung penerapan kebijakan dan mendorong penemuan hijau dalam perjalanan menuju Kesepakatan Hijau Eropa dan masa depan nan netral karbon,” kata Josef.
Direktur Jenderal Komisi Eropa untuk Aksi Iklim Kurt Vandenberghe menambahkan, "Ruang angkasa, dan khususnya pengamatan Bumi, menawarkan perspektif unik tentang gimana mengatasi tantangan suasana nan dihadapi umat manusia.”
"Teknologi antariksa sangat krusial untuk mencapai netralitas suasana dan ketahanan suasana pada tahun 2050. Melalui inisiatif berbareng ini, kami berkomitmen untuk mengeksplorasi dan meningkatkan kesempatan untuk pengembangan dan penerapan nan lebih luas dari solusi berbasis antariksa nan didedikasikan untuk tindakan iklim,” tutupnya.
Upaya Perusahaan Teknologi dalam Mengatasi Perubahan Iklim
Tak hanya pemerintah, para perusahaan manufaktur teknologi bumi juga perlahan mengejar sasaran netral karbon guna menanggapi ancaman perubahan iklim. Sebut saja Apple, sekarang telah menerapkan proses manufaktur netral karbon di seluruh lini perakitan perangkat mereka.
Dalam sebuah laporan, Apple menjadi satu-satunya perusahaan nan menetapkan sasaran penggunaan daya terbarukan untuk pemasok kebutuhan perakitan perangkat mereka.
Menurut Gary Cook, kepala kebijakan suasana dunia di Stand.earth, nan menerbitkan laporan tersebut, merek-merek lain kudu menyampaikan sasaran nan jelas pada pemasoknya.
Sementara kompetitornya, Samsung Electronics telah mengumumkan strategi lingkungan baru sebagai corak kontribusi dalam mengatasi perubahan iklim.
Samsung memperluas cakupan support lingkungannya dalam C-Lab Outside nan kelima. Ini merupakan program akselerasi startup eksternal perusahaan nan membina dan menemukan perusahaan-perusahaan unggul pembuat teknologi berkelanjutan.
Sekadar diketahui, QuantumCat merupakan perusahaan pertama di bumi nan sukses mengkomersialkan nanokatalis emas dengan teknologi unik dan inovatifnya.
Penggunaan katalis dapat mengurangi konsumsi daya untuk oksidasi komplit unsur beracun. Tidak hanya itu, katalis juga bisa mencegah pelepasan gas rawan secara efektif.
Selain itu, nanokatalis emas QuantumCat dinilai lebih inovatif dibandingkan katalis platinum. Hal nan membedakan keduanya adalah katalis platina dapat melakukan oksidasi sempurna unsur beracun, sedangkan nanokatalis emas dapat melakukan oksidasi sempurna karbon monoksida pada suhu kamar.
Penggunaan nanokatalis emas bisa menghemat daya konsumsi, sehingga bisa menjadi solusi ekonomis dan ramah lingkungan.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.