Liputan6.com, Jakarta Indonesia adalah salah satu negara nan terdampak El Nino. Untuk mengatasi akibat tersebut, Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan percepatan tanam padi untuk menekan impor akibat dari kejadian El Nino nan melanda Indonesia.
Salah satunya dengan konsentrasi meningkatkan produksi beragam komoditas strategis nasional dalam satu tahun ke depan di rawa mineral baik di lahan pasang surut maupun lahan lebak. Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman mengatakan program percepatan adalah solusi pasti dalam menekan impor nan dilakukan akibat dampak el nino beberapa bulan lalu. Dia ingin, kebijakan tersebut membikin Indonesia kembali bangkit dengan meletakan pondasi nan kuat untuk mewujudkan swasembada.
"Kebijakan percepatan tanam ini sangat krusial kita lakukan untuk menekan impor nan dilakukan akibat dampak el nino. Hari ini kita letakan pondasinya agar ke depan kita bisa swasembada," ujarnya di Jakarta, Sabtu (18/11).
Demi memaksimalkan itu, Mentan Amran diketahui sudah terjun langsung ke lapangan dengan mendatangi wilayah sentra di 10 hari pertama kerja, seperti di Provinsi Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, hingga Kalimantan Selatan dan dalam waktu dekat ke wilayah Jawa
Hal itu diyakini memberi sinyal positif bagi produksi masa tanam (MT) 1 lantaran petani semakin antusias melakukan produksi. Terlebih peninjauan tersebut juga untuk memastikan lahan sawah, petani dan penyuluh agar siap menghadapi masa tanam oktober-maret (Okmar) mendatang.
"Alhamdulilah 10 hari ini saya tancap gas cek lahan, petani dan penyuluh. Kesiapan mereka sangat krusial untuk strategi pangan nasional. Kita berambisi 2024 tidak ada lagi impor pangan khususnya beras. Dan saya optimis," katanya.
Selain itu, Mentan Amran memastikan bahwa kerja sama dan kerjasama dengan beragam pihak terus dilakukan, di antaranya dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk melakukan Gerakan Nasional Ketahanan Pangan 2023 untuk Indonesia Maju.
Menurutnya, kerjasama dengan TNI krusial dilakukan lantaran pangan merupakan aspek nan paling strategis bagi sebuah negara.
"Gerakan berbareng ini luar biasa dampaknya untuk seluruh Indonesia lantaran ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara, jika krisis ekonomi itu kita bisa bertahan, kita bisa lewati, krisis kesehatan, covid 19 kita lewati, tapi jika krisis pangan bisa berakibat pada nan lainnya, jadi kita kudu betul-betul bersama-sama menjaganya," katanya.
Tak hanya dengan TNI, Mentan Amran juga membujuk para Gubernur, Bupati, kepala dinas pertanian se-Indonesia untuk mengawal jalanya produksi beras pada tahun ini. Menurut Amran, kerjasama antara pemerintah pusat dan wilayah merupakan sebuah keharusan untuk menghadapi beragam tantangan nan ada.
"Kondisi bumi sekarang sedang menghadapi krisis pangan. Bahkan sudah ada negara nan kelaparan dan beberapa negara menyetop ekspor lantaran perubahan suasana ekstrim. Jadi mau tidak mau kita kudu menuju swasembada dan kudu berdiri di kaki sendiri. Kenapa? Karena Indonesia bisa mengoptimalkan potensi tersebut," katanya.
Lebih jauh dia mengatakan upaya menekan impor tersebut bukan persoalan mustahil untuk dilakukan. Apalagi perihal serupa elnino tertinggi juga pernah terjadi pada 2015.
"Berkaitan dengan kejadian elnino saat ini, kita sudah mempunyai pengalaman menghadapi akibat El Nino pada 2015 apalagi saat itu tertinggi dengan nomor kenaikan suhu 2,9oC di atas permukaan laut, ini tertinggi dalam puluhan tahun terakhir," ujar Amran.
Pada kondisi saat itu, lanjut Amran, Indonesia sukses menyelamatkan produksi dengan beragam gerakkan di lapangan. Seperti memompa air, membagi dan menjaga di pintu pintu air di Cimanuk, pompanisasi air sungai Bengawan Solo, menyiapkan bibit tahan kekeringan, apalagi bertanam di rawa nan sedang surut airnya di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
"Pada 2017, 2019, 2020 dan 2021 kita juga sukses swasembada beras, tidak ada impor, perihal nan sama pada 1984 kita swasembada beras. Kondisi beras 2018 sangat kuat lantaran produksi 34 juta ton, konsumsi 30 juta ton, tetapi seiring berangsur waktu sekarang terpaksa impor," katanya.
Sementara Itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi membeberkan, produksi beras nomor prognosa berasas info Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 tercatat sebesar 30,9 juta ton sedangkan konsumsi 30,6 juta ton, surplus tipis. Kondisi tersebut menurutnya mesti diwaspadai dan disolusi sigap gerakkan di lapangan mengejar produksi.
Oleh krena itu, Suwandi pun menindaklanjuti pengarahan petunjuk Mentan Amran untuk membujuk seluruh pihak mengenai untuk sama-sama menggenjot produksi beras demi mengurangi impor di 2024 dengan angan 2025 swasembada ketersediaannya cukup dan 2026 surplus.
"Ini kudu sama-sama kita lakukan, caranya kita pacu produksi bekerja-sama dengan semua pihak, jejeran TNI, Polri, Kejaksaan, PUPR, BUMN pupuk dan lainnya bergerak di lapangan. Kita optimalkan lahan rawa mineral dengan potensi satu juta pertahun. Kini sudah mulai bergerak menggarap 200.000 hektare rawa mineral di Sumsel dan 206.000 hektare rawa di Kalsel. Wilayah lainnya juga siap siap mulai bekerja di Kalteng, Kalbar, Aceh, Sumut, Lampung, Sulsel dan provinsi lainnya," kata Suwandi.
Selanjutnya selain di wilayah rawa, setiap provinsi dan kabupaten agar bergerak memacu produksi dengan meningkatkan Indek Pertanaman (IP) dengan langkah memperluas areal tanam. Selain itu Mentan juga menegaskan untuk meminimalisir proses nan terlalu panjang dan segera mengatasi hambatan dan masalah di lapangan, agar segera langsung dicari solusi lapangan.
(*)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.