Liputan6.com, Jakarta PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berinvestasi pada pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat pada Hutan Desa Sungsang IV, di Banyuasin, Sumatera Selatan.
Hutan Desa adalah area rimba nan yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. Hutan Desa merupakan salah satu dari lima skema Program Perhutanan Sosial. Sebagai program pemerintah, Hutan Desa dikenalkan pertama kali pada tahun 2007/2008.
Program tersebut dalam rangka menunjang Program ESG Pertamina sekaligus mendukung realisasi sasaran net zero emission (NZE) pada 2060 melalui program konservasi lingkungan berupa penghijauan dan pelestarian lingkungan serta keanekaragaman hayati (Biodiversity) di area Desa Sungsang IV, Banyuasin, Sumatra Selatan.
"Pertamina selaku pelaku industri berbasis fossil fuel nan menghasilkan gas rumah kaca alias CO2, berupaya menurunkan alias menyerap CO2 nan kita hasilkan dengan mengkompensisi dari program penghijauan," ujar GM Project Sumatera PT KPI I Gusti Bagus Prihanta.
Hutan Desa
Biodiverstiy di Hutan Desa Sungsang IV sangat tepat lantaran mempunyai areal nan luas. Dengan luas kurang lebih ±553 Ha, ada nan lestari dan ada nan sudah terdegradasi alias rusak. PT KPI menegaskan dengan kondisi tersebut, pihaknya dapat mengoptimasikan untuk meningkatkan kualitas dari penyerapan karbon di Desa Sungsang.
Bagus Prihanta berterima kasih atas tanggapan masyarakat nan antusias terhadap program ini.
"Mulai dari kepala desa, kemudian masyarakat, antusiasmenya sangat tinggi. Karena masyarakat sudah bisa merasakan, sudah bisa hidup dengan aktivitas nan kita lakukan," terangnya.
Sebelumnya, pada Agustus 2023, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan penanaman 7.800 pohon mangrove di Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan.Sebanyak 7.800 bibit pohon nan terdiri mangrove, ditanam oleh Fungsi RDMP Kilang Pertamina RU III Plaju - Project Sumatera PT KPI berbareng Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan,
Kemudian, Pemerintah Kabupaten Banyuasin, UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah III Palembang-Banyuasin, serta masyarakat setempat di wilayah Desa Sungsang IV. Penanaman 7.800 bibit pohon mangrove ini juga dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia.
Saat Warga Tihi-Tihi dan Badak LNG Ciptakan Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan
Anak Perusahaan Subholding Upstream Pertamina Hulu Energi, Badak LNG terus membantu pengembangan masyarakat untuk menciptakan peningkatan ekonomi dan kemandirian. Langkahnya antara lain melalui program-program tanggung jawab sosial alias Corporate Social Responsibility (CSR).
Tahun ini, Badak LNG mengusung program CSR nan berfokus pada masyarakat pesisir di Kampung Tihi-Tihi, Kelurahan Bontang Lestari. Program ini diberi nama MENARA MARINA, ialah Menuju Nelayan Ramah Lingkungan Mandiri dan Sejahtera.
Terletak di tengah lautan pesisir Bontang, Kampung Terapung Tihi-Tihi secara geografis tidak begitu strategis. Masyarakat Tihi-Tihi dapat dikatakan sebagai masyarakat rentan lantaran letaknya nan jauh dari daratan menyebabkan penduduk Tihi-Tihi mempunyai akses terbatas untuk mendapatkan akomodasi pelayanan publik seperti pelayanan kesehatan, akses permodalan, dan pendidikan tingkat SMP dan SMA.
Sebanyak 93 kepala family di Tihi-Tihi pun menggantungkan hidupnya sehari-hari dari aktivitas bertani rumput laut dan juga nelayan tangkap.
Sayangnya, hasil panen rumput laut penduduk Tihi-Tihi terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Bila sebelumnya mereka bisa mencapai total 40 ton setiap bulannya, sekarang mereka hanya memanen sekitar 1,5 hingga 10 ton setiap bulan.
Penurunan hasil panen nan drastis ini disebabkan oleh penggunaan bibit rumput laut nan sudah sangat lama. Selain itu, hasil tangkapan ikan ketika memancing juga seringkali tidak menentu lantaran aspek cuaca. Bahkan mereka pernah tidak melaut selama nyaris 9 bulan lamanya sehingga terpaksa berhutang kepada pengepul alias nan lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk itu, Badak LNG datang di tengah penduduk Tihi-Tihi untuk mendorong potensi kampung Tihi-Tihi dan juga menciptakan solusi dari persoalan nan ada.
Badak LNG melalui program MENARA MARINA telah memberikan support beragam. Seperti meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar nan berada di Tihi-Tihi dengan mengadakan Badak Goes to School. Dalam bagian kesehatan, Badak LNG bekerja-sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti untuk melakukan pemeriksaan gigi gratis.
Kompetensi Warga
Dalam bagian peningkatan kompetensi warga, Badak LNG juga memfasilitasi program peningkatan skill dan pengetahuan seperti training teknologi e-FAD berbareng Institut Pertanian Bogor untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan, dan training budidaya rumput laut bekerja-sama dengan Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar untuk meningkatkan hasil budidaya rumput laut serta memberikan workshop berjudul Marketing & Business, Financial Management, dan Purchasing untuk meningkatkan core competency para penduduk mitra bimbingan di Kampung Tihi-Tihi.
Badak LNG dan penduduk Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah penemuan ramah lingkungan untuk aktivitas mereka. Inovasi tersebut dikenal dengan KAPSURULA alias Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.
Biasanya, petani rumput laut menggunakan botol plastik sebagai pelampung rumput laut. Penggunaannya pun cukup fantastis, bisa mencapai 500-1000 botol dalam 3-6 bulan.
“Kami gunakan botol plastik bisa mencapai 500 hingga 1000 botol. Akan diganti setiap 3-6 bulan. Kalau rusak, dalam 1 bulan pun perlu diganti,” ujar Muslimin, Ketua RT 17 Kampung Tihi-Tihi.
Melihat perihal ini, Badak LNG berbareng penduduk Tihi-Tihi menciptakan Kapsurula nan terbuat dari limbah non B3, polyurethane. Bahan polyurethane berasal dari limbah Perusahaan.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.