Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, mengungkapkan Kementerian Kominfo bakal merilis pedoman etika dalam pemakaian kepintaran buatan alias artificial intelligence (AI) di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Wamenkominfo dalam aktivitas Catatan Wens Manggut nan berjudul Regulasi dan Etika dari Kecerdasan Buatan alias AI pada Selasa (21/11/2023).
Nezar mengungkapkan, berasas pertemuan mengenai AI nan dilakukan 28 negara di London, Inggris beberapa waktu lalu, disepakati bahwa ada nilai-nilai dasar nan sudah disepakati mengenai kepintaran buatan.
Menurutnya, memang sejauh ini belum ada patokan secara dunia soal kecerdasan buatan. Namun, dengan adanya kesepakatan berjulukan Bletchley Declaration nan disepakati di Inggris itu, bisa jadi sebuah langkah maju.
"Ini memang dia non-legally binding. Jadi, tidak mengikat secara hukum, lantaran tetap berkarakter norma, tetapi dari situ kelak bisa maju lebih jauh lagi," kata Nezar mengungkapkan.
Menurut Nezar, masing-masing negara sebetulnya sudah mempunyai regulator framework-nya masing-masing, tapi berbeda-beda tingkatannya.
"Karena watak AI ini sangat dinamis, cepat, tidak terprediksi, dan possibility-nya, probability-nya, itu luar biasa, sehingga negara-negara nan ikut dalam perlombaan AI ini, membikin pagar-pagarnya agar tidak harmful ke manusia," kata Wamenkominfo.
Di Indonesia sendiri, Nezar mengungkapkan, Kementerian Kominfo akan segera mengeluarkan Surat Edaran Panduan Pemakaian AI untuk semua sektor.
"(Panduan penggunaannya) lebih ke etika, lantaran memang untuk sampai ke hard-nya, kita kudu me-review semua perkembangannya dulu, dan bicara dengan stakeholders," kata Nezar.
"Jadi kami tidak mau membatasi inovasinya juga, kami sepakat dengan negara-negara lain untuk memaksimalkan benefitnya, meminimalkan risikonya," imbuh Wamenkominfo.
Elon Musk berbareng Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak membahas tentang keberadaan AI. Musk menyarankan pemerintah kudu ambil alih dalam melindungi data-data masyarakat.
Banyak Industri di Indonesia Sudah Pakai AI
Wamenkominfo pun mengungkapkan, industri-industri di Indonesia juga telah memanfaatkan teknologi kepintaran buatannya.
"Media sudah pakai, media paling banyak pakai dan terpapar AI ini. Terus juga transportasi, kesehatan, itu sudah memakai nan namanya AI. nan paling besar terpapar adalah sektor informasi," kata Nezar.
"Di sektor customer relation management, itu sudah pakai chatbot menggantikan orang. Ini makin canggih, jadi dia bisa berinteraksi lebih intim dan pengembangannya bakal sangat personalized," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nezar juga mengingatkan masyarakat untuk selalu melakukan check dan recheck, andaikan menerima sebuah info di media sosial, mengingat saat ini, AI juga dapat disalahgunakan untuk menyebarkan misinformasi.
"Kalau menerima konten nan agak meragukan, misalnya too good to be true, seperti contohnya presiden berkata Mandarin, tentu saja menimbulkan pertanyaan, itu bisa cek ke sumber nan otoritatif."
Selain itu, di tengah suasana jelang Pemilu 2024, Kominfo juga menggandeng sejumlah pihak mulai dari media mainstream, Mafindo, Cek Fakta, dan komunitas.
"Kita bisa cek ke situs-situs nan resmi, termasuk ke Cek Fakta, untuk memastikan apakah konten nan beredar itu hoaks, alias deepfake, alias misinformasi alias disinformasi."
"Yang paling krusial adalah jaga pikiran kritis kita dalam menerima informasi," pungkasnya.
Waspadai Hoaks nan Pakai Deepfake dan AI
Kementerian Kominfo sebelumnya juga pernah mengingatkan masyarakat terhadap penyalahgunaan teknologi deepfake dan AI, jelang Pemilu 2024.
Hal ini setelah sempat beredar sebuah video memperlihatkan Presiden Joko Widodo namalain Jokowi, berpidato dalam bahasa Mandarin, di mana telah dinyatakan ini adalah hasil editan.
"Kami mau mengingatkan sudah mulai digunakannya AI dalam menciptakan hoaks," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan.
Dalam konvensi pers di Jakarta, Jumat (27/10/2023), Semuel meminta masyarakat untuk mulai berhati-hati dengan penggunaan AI nan canggih, dan dapat disalahgunakan untuk membikin hoaks.
"Kuncinya adalah carilah info dari sumber-sumber terpercaya," kata Semuel, di mana di sini dicontohkan dari portal buletin resmi. "Karena tidak mungkin berita-berita besar tidak diliput media."
Dirjen Kominfo itu pun mengakui, video viral tersebut sekilas memang sangat mirip dengan video aslinya. "Dengan kemajuan teknologi, para pemain-pemain pun pasti sudah mulai menggunakan teknologi semacam ini," katanya.
Semuel kembali mengingatkan masyarakat bakal banyak hoaks alias disinformasi nan kemungkinan memanfaatkan deepfake AI.
"Untuk itu sangat krusial untuk tabayyun, tabayyun, tabayyun, atau check and recheck. Carilah info dari sumber-sumber nan dapat dipercaya," tuturnya.
(Dio/Dam)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.